Sebelumnya gue
minta maaf karena tulisan gue kali ini agak nyindir :P dan sekaligus minta maaf
kepada pihak yang saya samarkan namanya. Saya disini hanya menyampaikan
perasaan saya yang menganggu jika tidak diungkapkan. Sebenarnya bukan saya saja
yang bernasib surat lamarannya + Rececle
Bin = Kurang beruntung dalam melamar
suatu perusahaan dan berakhir dengan rasa penasaran “Kenapa saya tidak di interview, apa saya kurang tamvan?”
wkwkwk *ini pertanyaan yang ngak berhubungan, harap abaikan saja*. Bukan,
maksud gue ini alasan perusahaan tidak tertarik dengan calon pelamar dan
kalaupun ada yang berhasil di interview malah berbuah kepahitan dimana tanpa suara deringan sms ataupun telepon
yang memberitahukan bahwa “You so lucky, man oh woman oh transgender” *oke gue
mulai lavar*. Nasib gue sebenarnya ngak seburuk mereka yang entah beberapa kali
menuliskan surat lamaran ampe keram plus berlumut tu surat lamaran, gue malah
baru ini menulis surat lamaran dan baru ke tiga kalinya tidak ada respon
positif dari pihak perusahaan untuk mengundang gue melamar anaknya intervoiew maksudnya deng :P. Sempat ketawa juga sih melihat komenan
salah satu grup di facebook tentang mereka yang diabaikan, ada yang di
interview tapi belum juga ada panggilan kerja yang intinya berpikir negative
terhadap perusahaan tersebut, adapun yang menuliskan info lowker lalu kemudian
di bully karena ketidakjelasan informasi perusahaan.
Memang di jaman
sekarang tentu setiap orang menginginkan suatu pekerjaan yang bergaji besar dan
pekerjaan yang santai *bukan gue loh ya*, tapi apa iya lo nantinya ngak
mengcewakan perusahaan? Apa bakal sesuai dengan hasil kerja lo? Tentunya
masing-masing perusahaan sudah menetapkan kualifikasi pelamar kerja di
perusahaannya hanya saja yang menjadikan gue merasa kesal sekaligus gemas ialah
tentang salah satu pengguna facebook yang isi statusnya to the jlebb alias
ngena men. Ini dia screenshootannya *btw, ini gue ambil pas bangun tidur :P*.
Dengarkan suara kami |
Gue merasa
galau dan muncul sebuah tanda Tanya besar di pikiran gue “Apakah sesusah itu di
interview atau pencari kerja dituntut
tampilan doang?” gue jelas ngak setuju
dengan alasan yang satu ini. Gue merasa sudah hak setiap orang untuk diberi
kesempatan melakukan interview jika
ada penolakan untuk di interview maka ini ada beberapa alasan yang gue angkut
dari mbah google dan beberapa website terpecaya:
1.
Surat lamaran lo ngak menarik minat perusahaan
yang bersangkutan misalnya ngak rapi, tata bahasa yang abruadul dan bisa jadi
yang udah banyak sertifikat/magang malah diikutsertakan semuanya *ati-ati riya
:P*.
2.
Perusahaan kewalahan untuk memilih pelamar mana
yang bakal di interview.
3.
Lo ngak masuk kualifikasi, foto lo
mencong-mencong (ini yang gue rasain), ngak ada skill yang bikin perusahaan
kepo ke lo.
4.
Surat lamaran lo ngak dilirik lalu dijadikan
jimat di perusahaan siapa tau lo suatu saat dipanggil akibat kekurangan tenaga
kerja :P *mungkin aja*.
5.
Emang standar perusahaanya terlalu tinggi .
6.
Tuhan memberikan jalan lain buat lo dan bukan di
perusahaan itu.
See? Jadi untuk beberapa poin
memang benar adanya seperti berpenampilan menarik. Hanya yang gue setuju ialah
Seburuk apa memberikan sebuah kesempatanuntuk di interview? Apakah perusahaan lebih menekankan penampilan,
pengalaman atau kemampuan yang ikut berkontribusi nantinya di perusahaan? Coba
pikir kembali deh. Ada beberapa kasus gue dimana perusahaan ini tidak konsisten
atau ya bisa dibilang informasinya abu-abu.
Kasus A:
Gue melamar di perusahaan X sebagai pelayan *ceritanya gue
mau mulai karir dari awal*. Menurut info dari grup tersebut dituliskan
syarat-syarat yang menjadi standar perusahaan. Gue ancungkan jempol deh karena
menerapkan syariat Islam hanya saja soal batas
waktu melamar kerja yang jadi
masalah dimana ceritanya si B salah satu pelamar kerja memberikan syarat yang
ada pada malam hari sekitar tanggal 26
dan keesokan harinya langsung disuruh interview. Gue merasa perusahaan tidak
konsisten dalam memberikan peluang seseorang untuk di interview, mengapa?
Karena justru gue melamar duluan sekitar tanggal 24 dan ada si C sekitar
tanggal 25 malah ngak dipanggil buat interview?
Jadi ini kesalahan siapa? Perusahaan atau anggotanya. Waktu itu gue ngasihkan lewat
kasir karena memang dibilang seperti itu, gue cukup miris saja dengan
perusahaan ini yang memberikan batas waktu lamaran justru pelamar yang
saat-saat akhirlah yang diutamakan untuk di interview…tega…tega.
Kasus B:
Perusahaan jasa X membutuhkan tenaga kerja dengan kulaifikasi SMA/SMK sederajat bila
perlu sih yang S1 juga boleh. Disitu dituliskan dengan penawaran yang
menggiurkan calon pelamar berupa tunjangan, bonus, dan fasilitas kendaraan.
Surat lamaran pertama gue inilah yang gue layangkan ke perusahaan ini dan
berakhir pil pahit. Dikatkan oleh karyawan yang posting bahwa “pasti di
panggil, sabar aja” -__-“. Menurut gue ngak usah deh ya dibilang gitu
apalagigue itungin udah sebulan lebih ngak ada panggilan dan pernah nanya salah
satu karyawannya gini “ada kok mbak, kalau ngak berhalangan sekitar bulan
April”. Gue disitu hanya bisa pasrah dan benar saja memang gue ngak dipanggil
buat interview.
Dari kisah gue
itu, gue mulai intropeksi kesalahan gue sendiri tetapi memang gue tetap merasa
ada yang janggal dengan perusahaan. Seperti memberikan janji manis agar banyak
pelamar dan bisa ketebaklah ujung-ujungnya juga di PHP *mending ngak di phk
sih*. Gue mikir seharusnya perusahaan sedari awal jangan membuat pelamar
berharap, malah sampe ada yang dua kali bikin lamaran hanya karena ngak
dipanggil-panggil buat interview.
Catatan gue buat perusahaan seperti itu apalagi yang selalu menimbang-nimbang
pengalaman kerja, nah yang baru lulus dan belum ada pengalaman mau diapain toh?
Di buang begitu saja? Ckckck. Hina sekali kami calon pelamar yang dipandang
sebelah mata, jika begitu adanya mending bikin aja syarat yang tinggi biar
greget. Inilah yang menurut gue permasalahan di Indonesia dimana yang banyak
pengalaman= berkualitas sedangkan yang ngak berpengalaman= pergi ke laut. Lah
bagaimana mau mengurangi pengangguran kalau yang dilirik hanya mereka yang
berpenampilan aduhai *malah ada karyawati yang bergaya jilboob loh*, yang modal
magang dan surat pengalaman kerja banyak, terus yang ngak gimana? Mereka juga
calon penerus bangsa yang sudah seharusnya diberi kesempatan dan bimbingan.
Jangan maunya perusahaan nyari yang udah pengalaman terus menganggap remeh yang
ngak pengalaman justru kalau mau
dibimbing dan banyak belajar gue yakin
mereka akan lebih giat lagi berkontribusi kebanding yang pengalaman.
Tuh kan Dinasehatin :) |
Istilahnya gini
yang gue lihat dari teman gue yang punya pengalaman banyak justru mereka lebih
suka resign dari suatu perusahaan ke
perusahaan lain. Entah apa yang dilihat perusahaan begini dan timbul pribahasa
sotoy gue “Makin banyak pengalaman= makin banyak tingkahnya”. Itu bisa terjadi
karena kebutuhan hidup semakin meningkat dan itulahn kenapa perusahaan suka
bikin informasi yang menarik perhatian biar pada banyak yang ngelamar. Gue
masih toleransi kalau surat lamaran gue emang ngak menarik tapi belum juga
surat lamaran gue dibuka udah ngak tertarik, bisa kali yang kayak gini disantet
masal :P. kasian loh yang udah banyak bikin surat lamaran tetapi betul juga
kalau belum rezekinya, mau gimana? Tentunya kalau udah dapat bersyukur aja tuh
jangan sampai lupa akan perjuangan saat dimana lo ngerasa mau makan aja surat
lamaran :D. Gue pada intinya mau nyari kerja emang karena mau nambah pengalaman
dan biar bisa bantu ortu buat beli referensi buat skripsi aja sih J.
Oke deh samapi disini jeritan hati gue, semoga gue dapat pekerjaan yang baik
dan setimpal bayarannya, hargai kami para pelamar kerja :*. Ada yang mau
nambahin? Boleh dah di komen box, bye-bye.
0 komentar:
Posting Komentar