Selasa, 02 Juni 2015

Jeritan Hati Pelamar Kerja



Sebelumnya gue minta maaf karena tulisan gue kali ini agak nyindir :P dan sekaligus minta maaf kepada pihak yang saya samarkan namanya. Saya disini hanya menyampaikan perasaan saya yang menganggu jika tidak diungkapkan. Sebenarnya bukan saya saja yang bernasib surat lamarannya + Rececle Bin = Kurang beruntung dalam melamar suatu perusahaan dan berakhir dengan rasa penasaran “Kenapa saya tidak di interview, apa saya kurang tamvan?” wkwkwk *ini pertanyaan yang ngak berhubungan, harap abaikan saja*. Bukan, maksud gue ini alasan perusahaan tidak tertarik dengan calon pelamar dan kalaupun ada yang berhasil di interview malah berbuah kepahitan  dimana tanpa suara deringan sms ataupun telepon yang memberitahukan bahwa “You so lucky, man oh woman oh transgender” *oke gue mulai lavar*. Nasib gue sebenarnya ngak seburuk mereka yang entah beberapa kali menuliskan surat lamaran ampe keram plus berlumut tu surat lamaran, gue malah baru ini menulis surat lamaran dan baru ke tiga kalinya tidak ada respon positif dari pihak perusahaan untuk mengundang gue melamar anaknya   intervoiew maksudnya deng  :P. Sempat ketawa juga sih melihat komenan salah satu grup di facebook tentang mereka yang diabaikan, ada yang di interview tapi belum juga ada panggilan kerja yang intinya berpikir negative terhadap perusahaan tersebut, adapun yang menuliskan info lowker lalu kemudian di bully karena ketidakjelasan informasi perusahaan.


Memang di jaman sekarang tentu setiap orang menginginkan suatu pekerjaan yang bergaji besar dan pekerjaan yang santai *bukan gue loh ya*, tapi apa iya lo nantinya ngak mengcewakan perusahaan? Apa bakal sesuai dengan hasil kerja lo? Tentunya masing-masing perusahaan sudah menetapkan kualifikasi pelamar kerja di perusahaannya hanya saja yang menjadikan gue merasa kesal sekaligus gemas ialah tentang salah satu pengguna facebook yang isi statusnya to the jlebb alias ngena men. Ini dia screenshootannya *btw, ini gue ambil pas bangun tidur :P*. 
Dengarkan suara kami



Gue merasa galau dan muncul sebuah tanda Tanya besar di pikiran gue “Apakah sesusah itu di interview atau pencari kerja dituntut tampilan doang?” gue  jelas ngak setuju dengan alasan yang satu ini. Gue merasa sudah hak setiap orang untuk diberi kesempatan melakukan interview jika ada penolakan untuk di interview maka ini ada beberapa alasan yang gue angkut dari mbah google dan beberapa website terpecaya:
1.      Surat lamaran lo ngak menarik minat perusahaan yang bersangkutan misalnya ngak rapi, tata bahasa yang abruadul dan bisa jadi yang udah banyak sertifikat/magang malah diikutsertakan semuanya *ati-ati riya :P*.
2.      Perusahaan kewalahan untuk memilih pelamar mana yang bakal di interview.
3.      Lo ngak masuk kualifikasi, foto lo mencong-mencong (ini yang gue rasain), ngak ada skill yang bikin perusahaan kepo ke lo.
4.      Surat lamaran lo ngak dilirik lalu dijadikan jimat di perusahaan siapa tau lo suatu saat dipanggil akibat kekurangan tenaga kerja :P *mungkin aja*.
5.      Emang standar perusahaanya terlalu tinggi .
6.      Tuhan memberikan jalan lain buat lo dan bukan di perusahaan itu.
See? Jadi untuk beberapa poin memang benar adanya seperti berpenampilan menarik. Hanya yang gue setuju ialah Seburuk apa memberikan sebuah kesempatanuntuk di interview? Apakah perusahaan lebih menekankan penampilan, pengalaman atau kemampuan yang ikut berkontribusi nantinya di perusahaan? Coba pikir kembali deh. Ada beberapa kasus gue dimana perusahaan ini tidak konsisten atau ya bisa dibilang informasinya abu-abu.

Kasus A:
Gue melamar di perusahaan X sebagai pelayan *ceritanya gue mau mulai karir dari awal*. Menurut info dari grup tersebut dituliskan syarat-syarat yang menjadi standar perusahaan. Gue ancungkan jempol deh karena menerapkan syariat Islam hanya saja soal batas  waktu melamar kerja  yang jadi masalah dimana ceritanya si B salah satu pelamar kerja memberikan syarat yang ada pada malam hari sekitar  tanggal 26 dan keesokan harinya langsung disuruh interview. Gue merasa perusahaan tidak konsisten dalam memberikan peluang seseorang untuk di interview, mengapa? Karena justru gue melamar duluan sekitar tanggal 24 dan ada si C sekitar tanggal 25 malah ngak dipanggil buat interview? Jadi ini kesalahan siapa? Perusahaan atau anggotanya. Waktu itu gue ngasihkan lewat kasir karena memang dibilang seperti itu, gue cukup miris saja dengan perusahaan ini yang memberikan batas waktu lamaran justru pelamar yang saat-saat akhirlah yang diutamakan untuk di interview…tega…tega.


Kasus B:
Perusahaan jasa X membutuhkan tenaga kerja  dengan kulaifikasi SMA/SMK sederajat bila perlu sih yang S1 juga boleh. Disitu dituliskan dengan penawaran yang menggiurkan calon pelamar berupa tunjangan, bonus, dan fasilitas kendaraan. Surat lamaran pertama gue inilah yang gue layangkan ke perusahaan ini dan berakhir pil pahit. Dikatkan oleh karyawan yang posting bahwa “pasti di panggil, sabar aja” -__-“. Menurut gue ngak usah deh ya dibilang gitu apalagigue itungin udah sebulan lebih ngak ada panggilan dan pernah nanya salah satu karyawannya gini “ada kok mbak, kalau ngak berhalangan sekitar bulan April”. Gue disitu hanya bisa pasrah dan benar saja memang gue ngak dipanggil buat interview.


Dari kisah gue itu, gue mulai intropeksi kesalahan gue sendiri tetapi memang gue tetap merasa ada yang janggal dengan perusahaan. Seperti memberikan janji manis agar banyak pelamar dan bisa ketebaklah ujung-ujungnya juga di PHP *mending ngak di phk sih*. Gue mikir seharusnya perusahaan sedari awal jangan membuat pelamar berharap, malah sampe ada yang dua kali bikin lamaran hanya karena ngak dipanggil-panggil buat interview. Catatan gue buat perusahaan seperti itu apalagi yang selalu menimbang-nimbang pengalaman kerja, nah yang baru lulus dan belum ada pengalaman mau diapain toh? Di buang begitu saja? Ckckck. Hina sekali kami calon pelamar yang dipandang sebelah mata, jika begitu adanya mending bikin aja syarat yang tinggi biar greget. Inilah yang menurut gue permasalahan di Indonesia dimana yang banyak pengalaman= berkualitas sedangkan yang ngak berpengalaman= pergi ke laut. Lah bagaimana mau mengurangi pengangguran kalau yang dilirik hanya mereka yang berpenampilan aduhai *malah ada karyawati yang bergaya jilboob loh*, yang modal magang dan surat pengalaman kerja banyak, terus yang ngak gimana? Mereka juga calon penerus bangsa yang sudah seharusnya diberi kesempatan dan bimbingan. Jangan maunya perusahaan nyari yang udah pengalaman terus menganggap remeh yang ngak pengalaman  justru kalau mau dibimbing dan banyak belajar gue yakin  mereka akan lebih giat lagi berkontribusi kebanding yang pengalaman.
Tuh kan Dinasehatin :)

Istilahnya gini yang gue lihat dari teman gue yang punya pengalaman banyak justru mereka lebih suka resign dari suatu perusahaan ke perusahaan lain. Entah apa yang dilihat perusahaan begini dan timbul pribahasa sotoy gue “Makin banyak pengalaman= makin banyak tingkahnya”. Itu bisa terjadi karena kebutuhan hidup semakin meningkat dan itulahn kenapa perusahaan suka bikin informasi yang menarik perhatian biar pada banyak yang ngelamar. Gue masih toleransi kalau surat lamaran gue emang ngak menarik tapi belum juga surat lamaran gue dibuka udah ngak tertarik, bisa kali yang kayak gini disantet masal :P. kasian loh yang udah banyak bikin surat lamaran tetapi betul juga kalau belum rezekinya, mau gimana? Tentunya kalau udah dapat bersyukur aja tuh jangan sampai lupa akan perjuangan saat dimana lo ngerasa mau makan aja surat lamaran :D. Gue pada intinya mau nyari kerja emang karena mau nambah pengalaman dan biar bisa bantu ortu buat beli referensi buat skripsi aja sih J. Oke deh samapi disini jeritan hati gue, semoga gue dapat pekerjaan yang baik dan setimpal bayarannya, hargai kami para pelamar kerja :*. Ada yang mau nambahin? Boleh dah di komen box, bye-bye.

0 komentar: